Rabu, 05 Mei 2010

Menjadi Pegawai Yang Memiliki Nilai Tambah


  • Pendapat umum mengatakan menjadi PNS itu pintar goblok sama. Mau sangat pintar, cukup pintar dan bodoh sekalipun-asal pangkat/golongan dan masa kerjanya sama-gaji/pendapatan yang diperoleh sama saja. Pendapat ini tentu saja tidak salah 100%, harus kita akui dengan jujur ada kebenarannya. Di lingkungan Kemenkeu pun- yang sudah memberlakukan remunerasi berdasarkan grade tertentu – pendapat umum ini masih ada benarnya. Seorang Kepala Seksi sudah pasti akan mendapatkan grade tertentu yang sudah ditetapkan, tanpa memandang atau menilai kinerja yang bersangkutan. Begitu juga dengan Kepala Bagian/Kepala Bidang/Kepala Subdirektorat dan seterusnya sampai jabatan eselon paling tinggi, semua sudah ada patokan grade atau peringkat remunerasinya.

    Terlepas dari itu semua, jika anda adalah pegawai yang punya semangat untuk maju dan berkembang, anda harus tetap meningkatkan dan mengembangkan diri supaya memiliki NILAI TAMBAH yang tidak dimiliki oleh pegawai lain. Nilai tambah itu sesuatu yang sangat penting, yang tidak dimiliki oleh orang lain dan membuat diri kita menjadi “spesial”. Tung Desem Waringin, seorang motivator terkemuka dalam bukunya Financial Revolution menggambarkan nilai tambah tersebut dengan ilustrasi yang sangat menarik tentang prinsip mengenai nilai tambah sebagai berikut:
     Hidup adalah nilai tambah, tapi kalau semua hidup, berarti hidup bukan lagi nilai tambah melainkan nilai standar.
     Jujur adalah nilai tambah, tapi kalau semua jujur, berarti jujur bukan lagi nilai tambah melainkan nilai standar;
     Mencapai target 100% adalah nilai tambah, tapi kalau semua mencapai target 100%, berarti mencapai target 100% bukan lagi nilai tambah melainkan nilai standar.

    Dengan prinsip yang digambarkan Tung Desem Waringin di atas, berarti seseorang bisa dikatakan memiliki nilai tambah jika dia benar-benar memiliki “sesuatu” yang tidak dimiliki oleh orang lain, bukan sekedar punya nilai lebih yang banyak juga dimiliki orang lain, sehingga menjadi “nilai standar”. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di kantor di lingkungan Kementerian Keuangan tempat saya bekerja, saya memberikan ilustrasi prinsip nilai tambah sebagai berikut:
     Masuk kantor tepat waktu adalah nilai tambah, tapi kalo semua pegawai masuk kantor tepat waktu, berarti masuk kantor tepat waktu bukan lagi nilai tambah melainkan nilai standar.
     Tidak menerima gratifikasi adalah nilai tambah, tapi kalo semua pegawai tidak menerima gratifikasi, berarti tidak menerima gratifikasi bukan lagi nilai tambah melainkan nilai standar.
     Pintar adalah nilai tambah, tapi kalo semua pegawai pintar, berarti pintar bukan lagi nilai tambah melainkan nilai standar.
     Penerbitan SP2D oleh KPPN Percontohan paling lambat 1 jam adalah nilai tambah, tapi kalo semua penerbitan SP2D oleh seluruh KPPN paling lambat 1 jam juga, berarti penerbitan SP2D oleh KPPN Percontohan paling lambat 1 jam bukan lagi nilai tambah melainkan nilai standar.
     Dan banyak lagi ilustrasi lainnya, silahkan pembaca membayangkan sendiri.

    Mari membuat nilai tambah dalam diri kita!
    Nilai tambah pertama yang harus selalu ada adalah bisa dipercaya. Seorang pegawai yang ketahuan pernah membuka rahasia kantor yang seharusnya tidak boleh dipublikasikan, melakukan manipulasi data, bekerja asal-asalan, selalu menunda-nunda pekerjaan, sudah pasti akan dikucilkan oleh pimpinan. Bisa dipercaya adalah modal utama di seluruh bidang kehidupan. Bayangkan apabila anda adalah seorang Kepala Seksi atau Kepala Kantor yang membutuhkan pegawai untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang sangat penting dan mendesak. Sudah pasti yang dipilih adalah pegawai yang dapat dipercaya. Atau bayangkan jika anda adalah Sekretaris Ditjen Perbendaharaan, sudah pasti yang akan anda tunjuk sebagai Kepala Bagian (Eselon III) di Sekretariat Ditjen Perbendaharaan adalah pegawai-pegawai yang sudah anda kenal dan bisa dipercaya!

    Nilai tambah yang kedua adalah kita harus menghasilkan lebih daripada yang kita terima, lebih dari pegawai lain. Lebih dari yang kita terima adalah bila kita telah diberikan remunerasi Rp8.000.000, kita harus memberi ”lebih” dari Rp8.000.000 kepada organisasi (misalnya dengan menghasilkan penerimaan negara yang lebih besar). Bila kita hanya memberi sekedarnya, kita pas dan layak untuk tidak mendapatkan lagi remunerasi. Yang dimaksud dengan lebih dari pegawai lain adalah memberikan kinerja yang lebih ”dahsyat” daripada sesama pegawai pada level yang sama. Kita boleh sama-sama sebagai Kepala Seksi, tapi tunjukkanlah bahwa kinerja anda lebih hebat dari rekan anda sesama Kepala Seksi. Mungkin anda adalah seorang Kepala Seksi yang jago presentasi, sangat menguasai detail pekerjaan anda, mampu menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dari deadline yang ditentukan, atau mampu memimpin staff anda dengan lebih baik. Sebagai pelaksana, tunjukkanlah bahwa diri anda adalah staff yang brilian, mampu bekerja dengan cepat dan tepat sesuai dengan arahan pimpinan.

    Nilai tambah yang ketiga adalah inisiatif untuk menyelesaikan masalah. Betapa senangnya pimpinan jika kita adalah pegawai yang berinisiatif untuk menyelesaikan suatu masalah di kantor. Sebaliknya betapa jengkelnya hati pimpinan jika memiliki anak buah yang hanya bisa bekerja ”standar”, terlalu kaku berpedoman pada Standard Operating Procedure sehingga mengabaikan pendekatan manusiawi ketika menghadapi situasi khusus yang memerlukan kebijaksanaan, tidak mau ”jemput bola”, bersikap masa bodoh, hanya bekerja setelah disuruh berulang-ulang oleh atasan dan tidak mau bekerja sama dengan pegawai lainnya dalam mencapai tujuan organisasi. Seorang pegawai yang memiliki inisiatif akan segera menyelesaikan pekerjaannya tanpa perlu menunggu sampai disuruh oleh atasannya. Ketika dia tahu ada masalah, sesuatu yang tidak beres, dia langsung berinisiatif untuk menyelesaikan masalah tersebut.

    Nilai tambah yang keempat adalah berperilaku menyenangkan. Apalah artinya anda pegawai yang pintar tapi berperilaku sombong dan suka meremahkan orang lain. Apalah artinya jabatan anda tinggi, anda adalah seorang pimpinan, tapi sikap anda masih seperti ”preman pasar”, otoriter, dan tidak menghargai anak buah. Apalah artinya anda pegawai yang rajin, tapi bersikap acuh, tidak menghormati pimpinan. Jaga penampilan, kedisiplinan, kesopanan, omong baik di depan dan di belakang. Pegawai yang selalu omong jelek di belakang dan bergosip sama sekali tidak menyenangkan. Alangkah beruntungnya anda yang berperilaku menyenangkan karena anda pasti akan mendapatkan banyak manfaat dan keberuntungan dalam karir anda.

    Langkah selanjutnya bila kita sudah memiliki nilai tambah, kita harus mengkomunikasikan nilai tambah kita tersebut kepada orang yang tepat. Walaupun kita memiliki nilai tambah, tapi tidak pernah dikomunikasikan, ya tidak ada orang yang tahu. Mengkomunikasikan nilai tambah itu pun harus kepada orang yang tepat, yaitu kepada pimpinan organisasi anda, bila perlu sampai ke pejabat Eselon I. Kalau kita hanya mengkomunikasikan nilai tambah (prestasi) kita kepada sesama Kepala Seksi, paling-paling kita hanya mendapat pujian ”Wah...hebat”, tetapi tidak akan mendapat promosi yang lebih baik. Mengkomunikasikan nilai tambah tersebut itu juga perlu dilakukan kepada banyak orang, khususnya kepada para petinggi-petinggi organisasi sehingga kita menjadi ”terkenal” dan pastinya akan mendapat perhatian lebih. Tapi harus diingat bahwa sikap tersebut bukan berarti kita menjadi penjilat. Terakhir, mengkomunikasikan nilai tambah diri kita harus dilakukan dengan cara yang tepat, isinya tepat, sasarannya tepat, waktu dan tempatnya tepat. Mari kita sama-sama membuat nilai tambah dalam hidup kita dan ”memanfaatkan” nilai tambah tersebut dengan positif sehingga membuat diri kita menjadi lebih sukses dalam karir.